-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dari Bansos Mengalir ke Judol, Bagaimana Mengatasinya?

Selasa, 15 Juli 2025 | Juli 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-18T08:51:05Z

Ada orang miskin yang masih belum mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah, mungkin karena luput saat pendataan. Bisa juga karena belum punya identitas kependudukan.

Jadi, seharusnya mereka yang telah mendapatkan bansos betul-betul bersyukur dengan menggunakannya secara tepat. Misalnya untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari.

Tapi, banyak pula di antara mereka yang dapat bansos, yang menggunakannya di jalan yang salah, seperti untuk bermain judi online (judol).

Itulah berita yang baru-baru tersebar di media massa dan media sosial yang cukup menghebohkan masyarakat.

Diberitakan bahwa sebanyak 571.410 nomor induk kependudukan (NIK) yang terdaftar sebagai penerima bansos, ternyata terlibat judol sepanjang 2024.

Hal ini diungkap oleh Kepala Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana.

Artinya, kuat dugaan, dengan bansos yang didapat, dijadikan sebagai modal untuk bermain judi. Tentu harapannya, agar bisa menang judol dan jadi orang kaya.

Tapi, asal tahu saja, yang namanya judi, mungkin seseorang bisa menang dalam jumlah kecil, tapi lama-lama akan kalah dalam jumlah besar.

Tak usah kaget, bila total deposit judol dari 571.410 NIK penerima bantuan sosial selama tahun 2024 itu mencapai Rp 957 miliar. Bahkan, dengan jumlah 7,5 juta kali transaksi.

Hal itu diketahui setelah petugas PPATK mencocokan data NIK dengan daftar rekening penerima bansos yang diterima dari Kemensos.

Menurut Ivan, padahal data tersebut baru terungkap dari satu Bank Himbara saja. Maksudnya dari salah satu bank milik negara.

"Ya kita masih (terus telusuri), masih baru satu bank. Jadi kita cocokin NIK-nya, ternyata memang ada NIK yang penerima bansos yang juga menjadi pemain judol, " ujar Ivan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi memberikan tanggapan, terhadap penerima bansos yang terdeteksi bermain judol, dapat langsung dicoret dari daftar penerima manfaat.

Prasetyo menyebutkan, pencoretan itu sangat dimungkinkan karena pemerintah telah punya sistem data terintegrasi dan rinci. Sehingga penghapusan tersebut sangat mungkin dan mudah dilakukan.

"Sangat bisa (dicoret) karena data kita sekarang by name, by address. Jadi ketahuan si A si B nya, siapanya, nomor rekeningnya," ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (11/7/2025).

Kata Prasetyo lebih lanjut, untuk penyaluran bansos, Pemerintah memanfaatkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (SEN).

Penyatuan data tersebut bertujuan agar para penerima manfaat dari program-program pemerintah, termasuk bansos, benar-benar tepat sasaran.

Prasetyo menegaskan, evaluasi terhadap penerima bansos yang bermain judol menggunakan dana bansos akan terus dilakukan. Karena, penyalahgunaan penggunaan dana bansos sangat tidak bisa diterima.

Bahkan, Presiden Prabowo Subianto telah menekankan pentingnya keakuratan dan kelengkapan data. Sehingga program-program pemerintah dapat diterima oleh masyarakat yang benar-benar berhak.

Melalui proses penyatuan data tersebut, pemerintah juga menemukan sejumlah kekeliruan. Karena, masih terdapat sejumlah penerima bansos yang secara ekonomi tergolong mampu, namun menerima bantuan.

Prasetyo menyebutkan kalau masalah bansos yang dipakai untuk judol hanya salah satu aspek dari penataan data yang lebih luas.

Sejak awal masa kepresidenannya, Prabowo berkomitmen penuh untuk memberantas judi online, penyalahgunaan narkoba, penyelundupan, serta praktik korupsi.

Jadi, penerima bansos betul-betul diharapkan mereka yang berpendapatan rendah, dan bantuan itu digunakan untuk menutupi kebutuhan primernya.

Nah, jika sebagian di antara penerima bansos menggunakan dana yang diterimanya untuk judol, artinya mereka juga bermoral rendah.

Orang yang miskin harta tapi kaya secara moral spiritual, masih lebih baik ketimbang orang yang kata harta tapi miskin moral spiritual.

Tapi, jika miskin harta sekaligus miskin moral, ini lengkap sudah penderitaannya. Bagaimana mengatasinya?

Selain evaluasi yang akan ditempuh oleh kementerian terkait seperti yang  telah disinggung di atas, penting kiranya mendapat bimbingan dari sisi moral spiritual.

Bimbingan tersebut bisa dilakukan oleh pemuka agama, psikolog, dan ahli lainnya, yang mampu menyadarkan para pemain judol untuk tobat. Soalnya, hanya dengan kesadaran diri sendiri, baru bisa berhenti main judi.

×
Berita Terbaru Update