Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pengusaha Beberkan Tantangan Ekspor Minyak Sawit Imbas Tarif Trump

Selasa, 10 Juni 2025 | Juni 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-13T02:25:44Z

, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengungkap sejumlah tantangan di sektor industri kelapa sawit. Dia mengatakan salah satu tantangan yang cukup menonjol adalah kebijakan tarif dari pemerintahan Donald Trump yang mulai berlaku sejak April 2025.

Eddy mengatakan tarif impor sebesar 32 persen yang dikenakan terhadap produk minyak sawit Indonesia telah melemahkan daya saing ekspor ke Amerika Serikat. “Tarif ini menjadi hambatan besar bagi kami untuk menjaga posisi di pasar Amerika,” kata Eddy dalam acara diskusi di Shangri-La Hotel, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Juni 2025.

Menurut Eddy, kondisi ini semakin memperparah stagnasi yang dialami sektor produksi minyak sawit dalam lima tahun terakhir. Ia menjelaskan bahwa sepanjang 2020 hingga 2024, pertumbuhan produksi minyak sawait hanya mencapai rata-rata 0,42 persen per tahun. Hal ini terjadi karena keterbatasan tenaga kerja serta rendahnya dinamika pasar.

Tantangan lainnya bagi industri kelapa sawit juga datang dari Uni Eropa. Eddy menyoroti implementasi Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang akan berlaku efektif pada Desember 2025.

Dia mengatakan kebijakan ini mewajibkan semua produk yang masuk ke pasar Eropa terbukti bebas dari praktik deforestasi dengan tingkat inspeksi minimal 3 persen. “Ini menjadi beban besar terutama bagi petani kecil. Kami terus berupaya menjalin komunikasi dan menyiapkan sistem nasional untuk mendukung kepatuhan,” ujarnya.

Selain hambatan tarif dan regulasi, GAPKI juga mencemaskan dampak dari ketidakpastian ekonomi global. Konflik geopolitik di berbagai kawasan seperti India-Pakistan dan Timur Tengah serta perang dagang berkepanjangan dengan Cina akan mempengaruhi jalur distribusi, harga komoditas, dan biaya bahan bakar.

Dengan serangkaian tekanan tersebut, dia mengatakan sektor kelapa sawit nasional membutuhkan dukungan kebijakan serta diplomasi perdagangan yang agar tetap bersaing di pasar global. “Ketegangan di Timur Tengah, misalnya, menyebabkan kenaikan harga minyak dan mengganggu jalur pelayaran utama dunia. Ini berdampak langsung pada biaya transportasi dan energi di industri kelapa sawit,” kata Eddy.

×
Berita Terbaru Update