-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coca-Cola Luncurkan Resep Baru Setelah Disinggung Trump Tentang Penggunaan Gula Tebu: Tuai Pro-Kontra Ahli Gizi

Rabu, 23 Juli 2025 | Juli 23, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-24T04:00:46Z

- Coca-Cola membuat gebrakan baru dengan mengumumkan perubahan resep salah satu minuman paling ikonik di dunia. Raksasa minuman ringan itu akan mengganti bahan pemanisnya dari sirup jagung fruktosa tinggi menjadi gula tebu asli untuk pasar Amerika Serikat.

Perubahan ini mendapat dukungan langsung dari mantan Presiden Donald Trump dan menjadi bagian dari kampanye Make America Healthy Again yang dipelopori Menteri Kesehatan Robert F Kennedy Jr.

Dilansir dari Daily Mail, Senin (22/7), Coca-Cola mengonfirmasi bahwa produk barunya dengan gula tebu akan diluncurkan musim gugur tahun ini di Amerika Serikat.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi inovasi perusahaan untuk memperluas portofolio merek dagang Coca-Cola dan memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen.

Sebelumnya, pengumuman ini lebih dulu dikabarkan oleh Donald Trump dan memantik pro-kontra di media sosial.

"Saya telah berbicara dengan Coca-Cola tentang penggunaan gula tebu asli di Coke untuk pasar AS, dan mereka telah setuju untuk melakukannya... Ini memang lebih baik!” ujar Trump lewat akun X (dulu twitter) resminya.

Meskipun banyak yang menyambut positif kabar ini, sejumlah ahli gizi menyampaikan kekhawatiran. Dokter Marion Nestle, ahli nutrisi dari Universitas New York menilai perubahan ini secara nutrisi tidak signifikan.

Menurutnya, baik gula tebu maupun sirup jagung fruktosa tinggi sama-sama mengandung glukosa dan fruktosa, serta dapat berdampak buruk pada metabolisme jika dikonsumsi berlebihan.

“Satu kaleng Coke ukuran 12 ons tetap mengandung 39 gram gula. Itu jumlah yang berlebihan,” ujarnya dikutip dari Daily Mail.

Dokter Nestle juga menambahkan bahwa reputasi buruk sirup jagung lebih karena murah dan sering digunakan dalam makanan ultra-proses.

Beberapa pakar bahkan memperingatkan bahwa perubahan ini dapat memperburuk krisis obesitas di AS karena masyarakat mungkin menganggap produk ini lebih sehat dan mengonsumsinya lebih sering.

Dalam laporan pendapatan kuartal kedua yang dirilis Selasa (22/7) pagi, Coca-Cola menyebut permintaan terhadap minuman rendah atau tanpa gula masih tinggi. Pendapatan perusahaan naik 2,5 persen menjadi USD 12,62 miliar (sekitar Rp 205,7 triliun), melampaui ekspektasi analis.

Namun, Coca-Cola juga menghadapi tantangan akibat tarif impor aluminium yang diberlakukan pemerintahan Trump yang kini meningkat hingga 50 persen.

Perusahaan menyatakan akan mempertimbangkan kemasan alternatif seperti botol plastik untuk mengatasi hal ini.

Meskipun digadang-gadang sebagai langkah lebih sehat, para ahli menegaskan bahwa yang terpenting tetaplah kesadaran dalam mengonsumsi tanpa berlebihan.

×
Berita Terbaru Update