Kadang aku lelah, tapi bukan lelah yang bisa aku jelaskan ke orang lain. Bukan lelah karena kerjaan, bukan lelah karena tugas, tapi lelah karena aku merasa terlalu ramai di dalam pikiranku sendiri. Hari ini aku bangun dengan rasa ingin sendiri. Aku nggak mau ada yang ngajak ngobrol, nggak mau ada yang nanya "kamu kenapa?, atau sekadar minta ditemani beli jajanan. Aku cuma mau duduk sendiri, diam, sambil menatap pohon-pohon yang bergoyang pelan kena angin.
Banyak yang bilang aku aneh, katanya aku terlalu sensitif, terlalu suka menyendiri, terlalu mudah menjauh dari keramaian. Padahal aku cuma butuh waktu untuk mendengar suara hatiku sendiri. Di tengah ramai canda tawa teman-teman, sering aku pura-pura ikut ketawa, padahal pikiranku terbang entah ke mana, memikirkan semua hal yang belum aku selesaikan, mimpi-mimpi yang belum aku kejar, bahkan hal-hal kecil seperti kata-kata orang yang tanpa sengaja menyakiti aku.
Hari ini aku ingin berjalan kaki sendiri, melihat langit biru tanpa harus merasa terburu-buru, tanpa harus memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang aku. Aku ingin duduk di bawah pohon sambil mendengar lagu pelan, atau mungkin duduk di pinggir danau sambil merasakan angin dingin menyentuh pipi. Aku ingin diam. Bukan karena aku marah pada siapa-siapa, tapi karena aku ingin memberi ruang untuk hatiku bernafas.
Aku ingin sendiri untuk belajar menerima diriku, untuk mengobati bagian-bagian hatiku yang belum sembuh, untuk berdamai dengan kecewa yang selama ini aku tutupi dengan senyuman. Aku ingin sendiri untuk mengingat siapa aku, apa yang aku inginkan, dan apa yang aku butuhkan dalam hidup ini.
Sendiri itu bukan berarti kesepian. Sendiri itu bukan berarti aku nggak punya siapa-siapa. Sendiri itu berarti aku memberi waktu untuk diriku sendiri, supaya besok, kalau aku kembali ke dunia yang ramai ini, aku bisa benar-benar hadir, dengan senyum yang tulus, dengan hati yang lebih tenang, dan dengan langkah yang lebih ringan.
Kesimpulan
Sendiri adalah caraku untuk pulang ke dalam diriku sendiri.
