-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pelaku Pembunuhan Wanita di Purwakarta Ditangkap, Ternyata Orang Terdekat yang Teriak Pertama Kali

Kamis, 14 Agustus 2025 | Agustus 14, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-14T10:41:01Z

Pelaku pembunuhan wanita di Purwakarta ditangkap kurang dari 24 jam setelah kejadian. Pelaku rupanya orang terdekat, yang pertama kali berteriak korban dibunuh.

Dikabarkan bahwa seorang wanita bernama Dea Permata Kharisma (27) ditemukan tewas bersimbah darah di kediamannya, komplek perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (12/8/2025) siang. Pada tubuh korban ditemukan banyak luka tusuk.

Sebelum dibunuh, Dea telah beberapa kali mendapatkan teror hingga ancaman pembunuhan. Dia mendapatkan ancaman tersebut sejak 3 bulan terakhir.

Pelaku pembunuhan wanita di Purwakarta ditangkap pada Rabu (13/8/2025), kurang dari 24 jam setelah peristiwa tragis terjadi. Pelaku rupanya ialah orang dekat korban, yakni pembantu atau asisten rumah tangga (ART).

Pria bernama Ade Mulyana (26) itu telah diamankan oleh Satreskrim Polres Purwakarta. Pelaku kini tengah menjalani pemeriksaan.

"Jadi pelaku saat ini sudah diamankan oleh penyidik Polres Purwakarta, lagi dalam pemeriksaan," kata Kasi Humas Polres Purwakarta AKP Enjang Sukandi, dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (14/8/2025).

ART tersebut diamankan di lokasi kejadian, yakni di rumah korban. Ade Mulyana tidak bersembunyi setelah membunuh korban.

"Pelakunya ada di situ, yang pembantunya itu. Enggak sembunyi sebenernya, dia ada di situ sebenernya," lanjut Enjang.

Meski begitu, polisi masih mendalami kasus ini untuk menggali motif pelaku melakukan pembunuhan ini. Terduga pelaku pun masih menjalani rangkaian pemeriksaan.

Pelaku yang Pertama Kali Teriak

Saat kejadian, pelaku rupanya sempat berpura-pura panik kepada warga. ART tersebut adalah orang yang pertama kali berteriak kepada tetangga bahwa Dea dibunuh.

Tetangga korban, Salbiah, bercerita soal detik-detik korban pertama kali ditemukan tewas. Saat itu, Salbiah sempat bertemu dengan korban sekitar pukul 10.00 WIB hingga 11.00 WIB ketika berbelanja.

"Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan," ungkap Salbiah, tetangga korban.

Ketika itu, Salbiah melihat Dea tampak seperti biasanya. Dea bahkan mengatakan dirinya terburu-buru angkat jemuran karena akan hujan.

"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," lanjut Salbiah.

Setelah masuk kembali ke rumah masing-masing, Salbiah tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan ART Dea dari rumahnya pada pukul 13.00 WIB. ART berteriak bahwa Dea dibunuh.

"Ibu, ibu! Bu Dea dibunuh!" ucap Salbiah menirukan teriakan ART Dea, Ade Mulyana.

Salbiah dan warga lainnya kemudian mendatangi rumah Dea. Namun Salbiah mengaku menghentikan langkahnya saat akan memasuki rumah korban karena takut. Ia sempat melihat ada darah berceceran hingga jejak kaki.

"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut. Kayak bekas kaki habis menginjak darah," jelasnya.

Dea saat itu hanya di rumah bersama ART. Suaminya sedang bekerja dan biasanya pulang malam.

Teror dan Ancaman

Sebelum pelaku pembunuhan wanita di Purwakarta ditangkap, korban sempat diteror dan diancam. Teror dan ancaman tersebut diterima korban sejak 3 bulan terakhir.

Ayah korban, Sukarno (65) menceritakan teror yang diterima anaknya. Rumah Dea sempat dilempar cat oleh seseorang.

"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang ngancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga," kata Sukarno.

Setelah mendapatkan teror tersebut, Dea juga sempat diancam akan dibunuh lewat pesan singkat WhatsApp. Sang ibu, Yuli Ismawati (55) pun menyarankan anaknya untuk melaporkan ancaman tersebut kepada pihak berwajib.

Yuli juga menyarankan anaknya untuk memasang CCTV di rumahnya. Namun menurut Yuli, setelah melapor, tidak ada satupun petugas yang mendatangi rumah anaknya.

"Sudah lapor Bhabinsa, sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang," ungkap Yuli sambil terisak.

Kata Polisi Terkait Laporan Tak Ditanggapi

Keluarga Dea mengaku sempat melaporkan ancaman dan teror yang diterima, namun tidak ditindaklanjuti oleh kepolisian. Polres Purwakarta pun berikan tanggapan atas klaim keluarga korban.

Kasi Humas Polres Purwakarta, AKP Enjang Sukandi mengatakan bahwa keluarga korban belum membuat laporan resmi kepada kepolisian. Pihaknya tidak menemukan catatan laporan, baik di Polsek Jatiluhur maupun Polres Purwakarta.

Menurut Enjang, suami korban, Feri, hanya berkonsultasi dengan Bhabinkamtibmas. Bukan membuat laporan resmi.

“Tidak ada laporan resmi. Yang ada hanya konsultasi dari suami (Feri) kepada Bhabinkamtibmas saat bertemu di sebuah acara," ungkap Enjang, dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/8/2025).

Feri mengatakan bahwa istrinya mendapatkan ancaman pembunuhan lewat pesan WhatsApp. Saat itu petugas menyarankan agar suami korban menyimpannya sebagai barang bukti untuk membuat laporan.

“Saran dari Bhabin adalah untuk menangkap layar ancaman, cetak, lalu buat laporan. Bahkan beliau bersedia mengantar langsung ke kantor polisi. Tapi itu tidak ditindaklanjuti,” katanya.

Sosok Korban

Ibu korban mengenang sosok sang putri semasa hidupnya. Menurutnya, Dea merupakan sosok yang cerdas, ulet dan ceria.

Dea sehari-hari adalah seorang ibu rumah tangga dan memiliki usaha berjualan dimsum. Ia mengelola sendiri usaha kecil-kecilan yang ia rintis.

"Sehari-harinya ya ibu rumah tangga, terus dia ada kegiatan usahanya, jualan makanan, dimsum," kata Yuli.

Dea pun rutin mengantarkan dimsum dagangannya ke tenant miliknya di dekat kampus Politeknik Bisnis (Polbis) Purwakarta setiap pagi. Jika sedang tak ada pegawai, dirinya sendiri yang menjaga tenantnya dari pagi hingga sore.

‎"Dia dari pagi berangkat ke Polbis bawa dagangannya, pulangnya baru tutup usaha. Kalau ada pegawainya, dia arahin dulu, terus pulang ke rumah, bantuin di rumah, nyiapin sarapan suaminya, nyuci, nyetrika, ya biasa ibu rumah tangga," jelas Yuli.

Selain tentang kesibukannya, sosok Dea yang paling diingat oleh sang ibu adalah kepribadiannya. Menurutnya, Dea adalah sosok yang periang dan ramah, serta tak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Tak disangka, pelaku pembunuhan wanita di Purwakarta itu adalah orang terdekat, ART-nya sendiri.

‎"Anakku itu periang, ramah, dan enggak pernah punya rasa jelek ke orang. Dia engga pernah suudzon, bahkan ke orang yang mungkin menyakitinya pun enggak," lanjut Yuli dengan lirih. (*)

×
Berita Terbaru Update