-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rata-rata Melatih Cuma 5 Bulan! Magis Eduardo Perez Harus Segera Dibuktikan di Persebaya Surabaya

Senin, 11 Agustus 2025 | Agustus 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-11T17:10:44Z

—Persebaya Surabaya mengawali Super League 2025/2026 dengan langkah yang jauh dari harapan. Bermain di kandang sendiri di Stadion Gelora Bung Tomo, Jumat (8/8), Green Force harus menelan kekalahan tipis 0-1 dari PSIM Jogjakarta.

Gol tunggal tim tamu lahir di menit akhir melalui sundulan Ezequiel Vidal yang memanfaatkan umpan lambung Dede Sapari. Kekalahan ini terasa lebih menyakitkan karena Persebaya Surabaya sejatinya tampil dominan sepanjang pertandingan.

Dari sembilan tembakan yang dilepaskan, hanya dua yang mengarah tepat ke gawang. Sementara 15 umpan silang yang dikirim, cuma lima yang berhasil disambut pemain dan tak satu pun berbuah gol.

Pelatih Eduardo Pérez Morán mengaku kecewa dengan hasil tersebut. Menurutnya, tim seharusnya sudah bisa unggul lebih dulu di babak pertama jika mampu memanfaatkan peluang emas.

Dia menilai gol cepat akan mengubah jalannya laga dan membuat Persebaya Surabaya bisa menekan lebih intens sejak awal. Namun, penyelesaian akhir yang buruk membuat semua rencana itu buyar.

“Pertandingan ini menurut saya. Di babak pertama, saya pikir kami memiliki peluang untuk skor minimum dua, dua gol dan kami memiliki, saya pikir, kendali permainan di babak pertama,” ujar Eduardo Perez dikutip dari kanal Youtube Persebaya Surabaya, Minggu (10/8).

“Babak kedua ya sedikit lebih ya lebih banyak kami ingin berlari terlalu banyak dan dan kami memiliki kontrol permainan yang lebih sedikit tetapi, tetapi secara umum dan untuk keseluruhan saya pikir jika kami mencetak gol di babak pertama sama sekali berbeda permainannya, tapi tidak,” ujar dia.

“Jadi untuk satu sisi tentu saja saya sangat, sangat kecewa dengan hasilnya, tetapi untuk sisi lain membayangkan yang saya lihat di babak pertama adalah bayangan bahwa kita perlu mencoba untuk melanjutkan,” lanjut dia.

“Oke secara keseluruhan kita mencoba yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang positif,” kata Eduardo Perez.

Sang kapten tetap mengapresiasi dukungan penuh suporter di tribun. Dia berjanji bersama rekan-rekan setim akan memberikan hasil terbaik di laga-laga berikutnya.

“Pertama-tama, kami berterima kasih kepada mereka untuk datang ke sini dan mendukung kami. Kami tahu mereka, mereka mengharapkan kemenangan di sini,” ujar Bruno Moreira dikutip dari kanal Youtube Persebaya Surabaya, Minggu (10/8).

“Kami juga mengharapkan kemenangan tapi seperti yang saya katakan, kami berikan, kami memberikan yang terbaik untuk mencoba mendapatkan hasil positif,” lanjut dia.

“Kami belum bisa tapi saya harap mereka (Bonek) dapat terus datang ke sini mendukung kami di kandang maupun tandang dan pasti hasil terbaik akan datang di masa depan,” imbuh Bruno.

Sebelum laga ini, Eduardo sempat menebar optimisme menatap musim baru. Hasil pramusim memang belum sempurna, namun ia menilai perkembangan tim berjalan positif.

Dari tiga laga uji coba, Persebaya Surabaya mencatat dua kemenangan dan satu hasil imbang. Lawan-lawan yang dihadapi pun terbilang tangguh, seperti Persik Kediri, Football West All Star, dan PSS Sleman.

Eduardo menegaskan pramusim hanyalah sarana evaluasi, bukan tolok ukur utama. Baginya, laga kompetitif adalah ajang pembuktian sesungguhnya bagi taktik yang telah disiapkan.

Namun kekalahan perdana ini membuat dirinya langsung jadi sorotan. Kolom komentar Instagram resmi klub dibanjiri kekecewaan dan kritik pedas dari para Bonek.

Banyak yang menilai strategi Eduardo kurang tajam di lini depan. Bahkan, ada yang menuding pergantian pemain di laga itu justru merusak ritme permainan.

Tak sedikit pula yang membandingkan Eduardo dengan pelatih sebelumnya, Aji Santoso. Beberapa suporter menganggap era Aji lebih menjanjikan dan konsisten.

" Wes bener Bien dicekel aji Santoso ," ujar salah satu Bonek.

Eduardo sendiri bukan sosok asing di sepak bola Indonesia. Dia pernah menjadi asisten pelatih Persija Jakarta dan melatih PSS Sleman di musim 2020.

Pria kelahiran Madrid, 2 Desember 1976 itu menutup karirnya sebagai penjaga gawang bersama UE Lleida pada 2011. Setelah gantung sarung tangan, dia mengantongi lisensi UEFA Pro Licence.

Karir kepelatihannya terbilang beragam, dari pelatih kiper di Girona FC hingga Timnas Indonesia U23. Dia dikenal menyukai formasi 4-3-3 dengan pendekatan defensif.

Namun, yang menarik adalah catatan rata-rata masa jabatannya sebagai pelatih kepala. Dari data karirnya, dia rata-rata hanya melatih sekitar 0,43 tahun atau kurang dari lima bulan di satu klub.

Periode singkat ini tentu menimbulkan pertanyaan. Apakah Eduardo mampu bertahan lebih lama di Persebaya Surabaya, atau justru mengulang pola yang sama?

Dia resmi menangani Persebaya Surabaya sejak 3 Juni 2025. Artinya, baru dua bulan dia berada di Surabaya dan sudah harus menghadapi tekanan besar.

Sejauh ini, dia belum mampu membungkam keraguan publik. Kekalahan di laga perdana membuatnya dituntut membalikkan keadaan dengan cepat.

Apalagi Persebaya Surabaya punya sejarah dan ekspektasi tinggi di Super League. Suporter menginginkan tim tampil garang, terutama saat bermain di kandang.

Tekanan dari Bonek bukan hal sepele. Dukungan mereka besar, namun kritik mereka pun tajam jika performa tim tak sesuai ekspektasi.

Eduardo harus membuktikan dirinya bukan sekadar pelatih singkat dengan masa jabatan rata-rata lima bulan. Ia perlu menunjukkan magisnya untuk membawa Persebaya Surabaya bersaing di papan atas.

Tugas itu tidak ringan, mengingat Super League musim ini diprediksi akan berlangsung ketat. Banyak tim yang memperkuat skuad dengan pemain berkualitas, baik lokal maupun asing.

Persebaya Surabaya sendiri memiliki materi pemain yang cukup kompetitif. Namun, tanpa eksekusi taktik yang efektif, potensi itu akan terbuang percuma.

Kesempatan membuktikan diri masih terbuka lebar bagi Eduardo. Namun, waktu terus berjalan dan setiap laga tanpa kemenangan akan mempertebal keraguan.

Bagi publik Surabaya, kemenangan adalah harga mati. Apalagi setelah merasakan frustrasi di laga pembuka yang sebenarnya bisa dimenangkan.

Eduardo kini berada di persimpangan jalan. Jika ingin bertahan lebih lama, dia harus segera memperlihatkan progres nyata, bukan sekadar wacana perbaikan.

Rata-rata lima bulan mungkin cukup di masa lalu, tapi Persebaya Surabaya butuh pelatih yang mampu membangun tim jangka panjang. Magis Eduardo Perez akan dinilai mulai pekan depan, dan hasilnya bisa menentukan nasibnya di Kota Pahlawan.

×
Berita Terbaru Update