
Laga melawan Tiongkok pada Kamis (5/6) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, bukan sekadar pertandingan kualifikasi bagi Timnas Indonesia. Laga ini berpotensi menjadi momen yang sangat bersejarah terutama bagi Emil Audero Mulyadi.
Kiper berdarah Indonesia–Italia ini digadang-gadang bakal menjalani debutnya bersama Skuad Garuda menggantikan Maarten Paes yang harus absen akibat akumulasi kartu kuning. Absennya kiper utama itu membuka peluang emas bagi Emil untuk tampil perdana membela Merah Putih di hadapan lebih dari 70 ribu penonton.
Bagi Emil, laga ini bukan sekadar debut biasa. Ini adalah momen emosional dan bersejarah. Lahir di Mataram dan besar di lingkungan keluarga Lombok, ia menyebut laga perdananya bersama Timnas Indonesia sebagai mimpi yang menjadi kenyataan.
"Saya memikirkan keluarga saya di sana. Mereka akan menonton pertandingan di TV, tidak semuanya karena sebagian akan datang ke sini," ungkap Emil.
"Memikirkan semua orang di Lombok akan menonton, saya pikir hal itu sangat mengagumkan," tambahnya.
Tak hanya keluarga yang menyambut antusias, masyarakat Lombok pun bersiap menyaksikan sejarah ini. Pemerintah Kabupaten dan Askab PSSI Lombok Tengah bahkan menggelar nonton bareng (nobar) untuk mendukung Emil. Sang ayah, Edi Mulyadi, sudah tiba di Jakarta dan siap menyaksikan langsung dari tribune GBK. Ia bahkan membawa oleh-oleh spesial untuk sang anak, kue nastar favorit Emil sejak kecil.
"Yang penting ada kue kesukaannya, nastar," katanya sambil tersenyum.
Pelatih Patrick Kluivert dikabarkan menaruh kepercayaan besar pada Emil. Meski ada nama-nama kiper lain seperti Ernando Ari, Nadeo Argawinata, dan Reza Arya, namun pengalaman panjang Emil di Eropa membuatnya diyakini bakal menjadi pilihan utama di bawah mistar.
Secara kualitas, Emil memang punya modal kuat. Pemilik tinggi 192 cm itu dikenal memiliki refleks tajam, sigap dalam membaca arah bola, serta tangguh saat duel bola-bola atas. Kariernya pun tak main-main dari Juventus, Venezia, Sampdoria, Inter Milan, hingga terakhir memperkuat Como dan Palermo. Kendati performa musim lalu belum begitu mencolok, dengan catatan kebobolan 38 gol dalam 22 laga, Emil tetap dinilai sebagai kiper paling berpengalaman di skuad Garuda.
"Terakhir kali saya telah merasakan kapabilitas para suporter Garuda baik sebelum, sesaat, maupun sesudah laga. Dukungan mereka sungguh luar biasa," ujar Emil.
Ia menyebut atmosfer GBK sebagai kekuatan tambahan yang bisa mengangkat performa tim.
"Terkadang menyulitkan untuk mendengar karena banyak sekali teriakan. Namun di sisi lain, dukungan itu adalah sesuatu yang positif untuk kami," ucap Emil.
Emil sadar, ekspektasi masyarakat begitu besar. Apalagi laga ini krusial bagi langkah Indonesia di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Namun dia tak gentar. Sebaliknya, Emil justru ingin memberikan penampilan terbaik bukan hanya untuk suporter, tapi juga untuk seluruh keluarganya yang menyaksikan dari Lombok.
Setelah laga melawan Tiongkok, Timnas Indonesia dijadwalkan bertandang ke Jepang pada (10/6) mendatang. Emil pun sudah merancang agenda pulang kampung ke Praya, Lombok Tengah, selepas pertandingan.
"Paling tidak sampai tanggal 12 Juni. Setelah itu break, ada sedikit masa liburan yang akan dihabiskan di Lombok, lalu kembali ke Como," ujar sang ayah.
Emil Audero kini bukan lagi hanya nama besar dari Serie A. Ia adalah simbol harapan baru di bawah mistar Merah Putih seorang anak bangsa yang kembali untuk mengabdi, dan siap menulis sejarah di tanah kelahirannya.