
- Ketegangan di Timur Tengah kembali membara. Iran secara resmi menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Menyusul serangkaian serangan udara mematikan dari Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya.
Langkah keras Teheran ini memicu respons keras dari Washington. Amerika Serikat (AS) yang gemar mengobok-obok urusan negara lain justru marah dengan keputusan Iran ini.
“Ini tidak bisa diterima,” tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, dalam jumpa pers di Washington, Rabu malam waktu setempat.
Dalih Iran mengembangkan senjata nuklir kembali dipakai oleh AS. “Iran memilih menghentikan kerja sama dengan IAEA justru saat ia memiliki peluang untuk memilih jalan damai dan kemakmuran," kata Bruce dikutip via Times of Israel.
Diketahui, Iran mengumumkan penghentian kerja sama dengan IAEA setelah tiga fasilitas nuklir pentingnya dihantam rudal dalam serangan terkoordinasi Israel-AS pada malam 21-22 Juni.
Washington terang-terangan mendukung aksi militer itu, yang diklaim sebagai upaya untuk 'menghambat pengembangan senjata nuklir Iran'.
Presiden AS Donald Trump bahkan memperingatkan bahwa gelombang serangan berikutnya bisa terjadi kapan saja jika Teheran terus melangkah ke arah kepemilikan senjata nuklir.
“Iran tidak dan tidak akan pernah memiliki senjata nuklir,” ulang Bruce dengan nada tegas, memperkuat sikap keras pemerintahan AS.
Kecurigaan dan Ancaman Baru Pada Iran
Israel menuduh Iran tengah 'secara aktif membangun bom', merujuk pada informasi intelijen yang diklaim berasal dari sumber internal Iran.
Negara Yahudi itu juga memperingatkan akan mengambil 'langkah militer tambahan' jika melihat indikasi Iran mencoba membangun kembali program nuklir dan misilnya.
Iran sendiri bersikukuh bahwa program nuklirnya bersifat damai. Namun fakta di lapangan memperlihatkan sebaliknya, Iran diketahui telah memperkaya uranium hingga level 60 persen, jauh melampaui kebutuhan sipil dan hanya selangkah menuju tingkat senjata nuklir.
Teheran juga menolak akses penuh bagi inspektur internasional ke fasilitas barunya dan terus memperluas kapasitas misil balistiknya.
Bruce menuntut Iran agar segera “memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan lama terkait bahan nuklir tak terdeklarasi di Iran, serta memberikan akses tanpa batas ke fasilitas pengayaan yang baru diumumkan.”
Langkah Iran yang memutus kerja sama dengan IAEA dianggap oleh banyak pihak sebagai sinyal bahwa negara itu makin menjauh dari jalur diplomasi.
Bagi AS dan Israel, ini bukan hanya soal pengawasan nuklir, ini tentang mencegah lahirnya kekuatan nuklir baru yang secara terbuka memusuhi Israel dan sekutu-sekutunya.