
- Jumlah warga miskin di Jakarta terus bertambah. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyoroti tingginya urbanisasi di Jakarta.
Pramono menduga, meningkatnya angka kemiskinan di Jakarta tidak hanya karena kondisi ekonomi warga asli, tapi juga karena derasnya arus urbanisasi.
“Apakah itu betul kemiskinan karena semata-mata warga yang ada di Jakarta atau, memang sekarang persoalannya orang menaruh harapan yang tinggi untuk datang di Jakarta,” ujar Pramono di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (25/7).
Gubernur Pramono melanjutkan, tingginya urbanisasi juga menyebabkan melonjaknya jumlah pencari kerja di Jakarta.
“Itu datang dari berbagai daerah. Maka orang yang mencari pekerjaan di Jakarta sekarang ini naik secara signifikan,” ungkapnya.
Pramono berjanji akan mempelajari data dan faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di Ibu Kota.
“Tentang kemiskinan yang disampaikan tadi, tentunya saya akan pelajari,” katanya.
Data BPS Terbaru Meningkatnya Angka Kemiskinan di Jakarta 2025
Diketahui, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 464,87 ribu orang per Maret 2025. Angka ini meningkat 15,8 ribu orang dibandingkan September 2024 yang sebanyak 449,07 ribu orang.
“Jumlah penduduk miskin sebesar 464,87 ribu orang, naik 15,8 ribu orang untuk posisi di Maret 2025 terhadap September 2024 yang sebesar 449,07 ribu orang,” ujar Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, Jumat (25/7).
Tingkat kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 mencapai 4,28 persen, naik 0,14 persen poin dibandingkan September 2024 yang sebesar 4,14 persen.
Namun jika dibandingkan dengan Maret 2024, angka ini justru menurun tipis dari 4,3 persen menjadi 4,28 persen.
Secara nasional, tingkat kemiskinan berada di angka 8,47 persen, atau sekitar 23,85 juta orang. Jakarta masih termasuk tiga provinsi dengan angka kemiskinan terendah, setelah Bali dan Kalimantan Selatan.
“Untuk angka kemiskinan perkotaan, dari 39 provinsi di Indonesia, sebanyak 21 provinsi mengalami peningkatan tingkat kemiskinan. Dan kenaikan (kemiskinan) Jakarta 0,14 persen,” ungkap Nurul.