
Mantan pembalap MotoGP, Loris Reggiani, berbagi pemikirannya tentang kondisi kejuaraan dunia saat ini dengan media Italia, Fanpage.
Ia membahas kekecewaannya terhadap Francesco Bagnaia, hubungan Fabio Quartararo dengan Yamaha, dan teka-teki Maverick Vinales.
Reggiani juga memanfaatkan kesempatan untuk mengomentari insiden terkenal Sepang Clash 2015 antara Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Reggiani menilai performa Francesco Bagnaia (Ducati) yang tak berdaya saat tau tim dengan Marquez.
"Saya pikir Bagnaia mengalami tekanan internal, terutama dari rekan setimnya. Marquez sangat cepat dan konsisten di mana pun," kata Reggiani dilansir dari MotoSan.
"Saya berharap lebih darinya. Ini bukan tentang Bagnaia yang tidak menang, ini tentang Pecco yang bahkan tidak finis kedua, dan itu sedikit mengecewakan."
Reggiani cukup terkejut dengan tim satelit Ducati, terutama yang dipimpin oleh Nadia Padovani dengan Alex Marquez di posisi kedua klasemen kejuaraan dunia.
"Mereka bahkan tampil lebih baik daripada VR46 yang seharusnya menjadi satelit acuan Ducati," ujar Reggiani.
""Di sisi lain, tim Gresini terbukti siap, serius, dan terdiri dari orang-orang yang kompeten," ujarnya tentang tim yang diperkuat adik Marc, Alex Marquez dan rookie Fermín Aldeguer.
Meskipun hasil tidak selalu berpihak padanya, Reggiani tetap mengagumi ikatan Fabio Quartararo dengan timnya.
"Saya sangat menyukai Quartararo, saya romantis. Saya senang ketika seorang pembalap juga dikenali melalui sebuah merek," ujar Reggiani.
"Senang melihat beberapa ikatan masih terjalin dan Fabio juga tampil cukup baik. Beberapa pole position, podium di Sprint, sinyal-sinyal bagus. Meskipun kami masih jauh menyebut Quartararo terbaik."
Akhirnya, pria asal Italia itu mengomentari kontroversi yang masih berlangsung dan abadi di tahun 2015 antara Marquez dan Valentino Rossi yang telah mengubah segalanya.
Insiden itu dikenal dengan Sepang Clash 2025
"Musim itu mengubah segalanya. Marquez tidak menghormati dunia balap motor, musim itu ia mendiskualifikasinya sebagai seorang pria," aku Reggiani.
"Saya juga penggemarnya, sejujurnya, saya lebih menyukai Marc daripada Valentino, saya sangat menyukai kedatangannya pada MotoGP dan menempatkan semua orang pada tempatnya dengan bakatnya."
"Tidak ada yang bisa mengambilnya darinya, tetapi Marquez, sang pria, telah kehilangan banyak hal."
"Saya tidak terkejut penggemar di Italia mencemoohnya. Itu sudah cukup untuk meminta maaf, bahkan sepuluh tahun kemudian."
Reggiani menegaskan bahwa Rossi tidak melakukan perbuatan tidak sportif saat persaingan panas perebutan gelar Juara Dunia MotoGP 2015 yang akhirnya menjadi milik Jorge Lorenzo.
"Rossi tidak pernah menendang Marquez, bahkan Dorna pun tidak menganggapnya demikian," ucap Reggiani.
"Mustahil secara manusiawi mendorong motor seberat 150 kilogram saat sedang melaju, bahkan pelan sekalipun."
"Rossi pantas mendapatkan gelar itu, dia memimpin dari balapan pertama hingga kedua terakhir."
"Lorenzo memenangkan lebih banyak Grand Prix, tetapi Vale lebih konsisten dan Jorge sedikit memberikan kontribusi pada pertandingan itu, dia sendiri yang mengatakannya setelah Valencia."
"Jika tiga balapan terakhir berjalan sebagaimana mestinya, Rossi akan memenangkan Kejuaraan Dunia itu di usia 36 tahun."