-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Masalah Persebaya Surabaya Musim Lalu Berpotensi Terulang! Badai Cedera dan Sanksi, Hancurkan Strategi di Super League 2025/2026

Minggu, 27 Juli 2025 | Juli 27, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-29T12:00:33Z

—Persebaya Surabaya kembali menghadapi potensi masalah klasik yang pernah menghantui musim lalu, krisis pemain jika badai cedera dan larangan bermain kembali datang. Padatnya jadwal Super League 2025/2026 membuat rotasi pemain menjadi tantangan berat jika tim tak punya kedalaman skuad memadai.

Tanda-tanda darurat ini sudah terlihat sejak laga uji coba internasional melawan Football West All Star di Australia pada 9 Juli 2025. Pelatih Eduardo Pérez harus memplot Dejan Tumbas, striker asing asal Serbia, menjadi bek kiri menggantikan pemain yang absen.

Langkah ini bukan sebatas eksperimen, melainkan bentuk solusi instan atas minimnya stok bek kiri di skuad utama Persebaya Surabaya. Dengan tiga pemain di posisi tersebut absen karena tugas negara dan cedera, Pérez terpaksa mencari opsi dari dalam tim.

Tumbas, yang berposisi asli sebagai penyerang tengah, diturunkan sebagai full back kiri dan tampil solid sejak menit pertama. Dia sukses mematahkan serangan lawan dan tampil disiplin dalam bertahan serta aktif membantu build-up serangan.

Pergeseran posisi ini pun dilanjutkan saat Persebaya Surabaya menghadapi PSS Sleman di laga uji coba berikutnya. Keputusan itu menegaskan rotasi darurat ini bukan sekali pakai, namun bisa menjadi bagian dari strategi utama.

Krisis bek kiri memang tak bisa dihindari saat ini. Mikael Tata sedang bergabung bersama Timnas Indonesia U-23, sementara Koko Ari Araya dan Rachmat Irianto masih menjalani masa pemulihan cedera.

Situasi inilah yang memaksa Pérez mengandalkan fleksibilitas pemain seperti Tumbas. Dengan daya jelajah tinggi dan kecerdasan taktik yang di atas rata-rata, Tumbas dinilai mampu beradaptasi di posisi manapun yang dibutuhkan tim.

Fleksibilitasnya memang bukan isapan jempol. Sepanjang karirnya, pemain kelahiran Krivaja, Serbia, 5 Agustus 1999 ini telah bermain di sembilan posisi berbeda.

Dia memiliki tinggi 1,87 meter dan kaki dominan kanan, serta sudah memperkuat klub-klub di Serbia, Montenegro, dan Tajikistan sebelum bergabung dengan Persebaya Surabaya pada Januari 2025. Didatangkan dari Khujand dengan status bebas transfer, nilai pasarnya mencapai Rp 3,48 miliar.

Statistiknya cukup impresif sebagai penyerang, dengan 7 gol dan 3 assist dari 23 pertandingan sebagai striker. Saat dimainkan di sayap kiri, dia juga mencetak 6 gol dan 1 assist dalam 13 laga, dan bahkan saat ditempatkan di bek kanan tetap mampu menyumbang assist .

Keputusan menurunkannya sebagai bek kiri mungkin terasa ekstrem, namun sejauh ini terbukti efektif. Performa Tumbas dalam dua laga terakhir menunjukkan pergeseran posisi ini bisa memberi stabilitas baru di sektor pertahanan.

Meski demikian, keputusan ini juga menjadi alarm keras bagi manajemen Persebaya Surabaya. Jika badai cedera dan akumulasi larangan bermain kembali terjadi di tengah musim, tim bisa mengalami krisis yang mengancam kestabilan performa.

Pelatih Eduardo Pérez sendiri menegaskan pentingnya fleksibilitas dan rotasi dalam menghadapi musim yang panjang dan melelahkan. Dia memuji karakter pemain yang mau bekerja keras di posisi manapun demi kepentingan tim.

“Kami sangat positif hari ini. Banyak sekali hal positif dalam waktu singkat yang kami lalui dengan gaya yang berbeda,” ujar Pérez seusai laga uji coba melawan PSS Sleman, Sabtu (26/7).

Dia juga menekankan latihan dan pengembangan taktik akan terus dilakukan untuk menghadapi ketatnya kompetisi musim ini. Pelatih asal Spanyol itu menyadari menjaga konsistensi di tengah musim akan sangat bergantung pada kondisi fisik dan mental pemain.

Tumbas sendiri merespons keputusan ini dengan sikap positif. Dia menyebut hasil tim jauh lebih penting daripada posisi individu di lapangan.

Kontribusi Tumbas di sisi kiri tak hanya dalam bertahan, tapi juga membuka opsi serangan baru bersama gelandang seperti Francisco Rivera dan Toni Firmansyah. Kombinasi ini memberi dimensi permainan yang lebih cair dan tidak mudah ditebak.

Namun, jika terus bergantung pada pemain serba bisa untuk menambal kekurangan di lini belakang, Persebaya Surabaya bisa kembali terpeleset seperti musim lalu. Saat itu, krisis pemain akibat cedera dan sanksi membuat performa tim anjlok di putaran kedua liga.

Pérez harus segera memastikan kedalaman skuad aman sebelum musim benar-benar dimulai. Keputusan mendatangkan pemain baru atau mempercepat pemulihan pemain cedera bisa jadi krusial untuk menjaga kans juara.

Tumbas bisa jadi solusi sesaat, tapi krisis tak bisa ditangani dengan tambal sulam permanen. Persebaya Surabaya harus belajar dari pengalaman, karena badai cedera dan larangan bermain bisa datang kapan saja.

Rotasi yang sehat harus dibarengi dengan ketersediaan pemain di setiap posisi. Tanpa itu, ambisi Green Force musim ini bisa kembali terancam kandas di tengah jalan.

×
Berita Terbaru Update