, WASILE - Gubernur Maluku Utara Sherly Laos angkat salah satu penyuluh pertanian di Halmahera Timur, bernama Ramlan Ruhunusa.
Hal itu disampaikan Sherly Laos di depan publik, saat kunjungan bertemu para petani di Kecamatan Wasile, belum lama ini.
Momen itu juga dibagikan Sherly Laos ke akun instagram pribadinya @s_tjo, Kamis (3/7/2025).

Di mana sebelumnya, Sherly Laos beri kesempatan ke petani maupun warga yang hadir untuk curhat padanya.
Satu persatu dari mereka kemudian menyampaikan keluhan serta kebutuhan yang mereka inginkan, menaruh harapan ke Sherly Laos.
"Tanaman yang ada di sekitar kita ini tumbuhnya gak serentak, tinggi rendah, jadi di sini perlu benih atau bibit yang unggul," ujar salah seorang petani.
"Di Wasile sudah ada tempat yang namanya BBU Bu, tapi sampai sekarang kan belum difungsikan," curhat petani lainnya.
Ramlan Ruhunusa merupakan salah satu Penyuluh Pertanian di daerah tersebut, yang ikut curhat ke Sherly Laos.
Keluhan disampaikan Ramlan Ruhunusa pelan tapi maknanya dalam. Ia sampaikan dampak limbah tambang hingga kebutuhan penyuluh pertanian.
"Saya Ramlan, penyuluh pertanian Wasile Timur dan Wasile. Saya bertugas di sini dari tahun 87, boleh saya curhat sedikit?" tanya Ramlan.
"Yang pertama kurang lebih dalam satu musin ini desa ini terdampak dari limbah tambang. Kalau kita mau larang tambang tidak ada, sudah ada,"
"Kemudian karena hulu dari air yang ada ini adanya di sebelah sini bendungannya, kemudian dari dampak dari eksploitasi tambang itu sendiri lari ke saluran sawah dan lahan sawah,"
"Itu dampaknya sangat mempengaruhi sekali Bu. Kemudian yang ke-2 Bu kami punya lahan dari awal jadi sejak transmigrasi tercetak itu kurang lebih 11.000 hektar,"
"Sekarang ini yang tersisa hanya 3.700 hektar. Yang terakhir atas nama penyuluh ini kan kami di sini penyuluh kurang lebih 14 sampai 15 orang,"
"Sejak zaman reformasi penyuluh tuh difasilitasi karena kelasnya penyuluh hari ini di lahan A, besok di lahan B, lahan C dan seterusnya,"
"Penyuluh tidak punya kelas Bu, sementara mengajar Bapak-bapak tani ini harus per kelompok, makanya dia harus ke sana kemari,"
"Kasihan kami penyuluh ini gak punya apa-apa Bu. Mungkin kalau ada realisasi mungkin saya sudah gak kebagian Bu."
"Insya Allah bulan Maret besok saya sudah pensiun tinggal adik-adik saya yang mungkin bisa menikmati. Makasih Bu." Tutup Ramlan.
Sherly Laos kemudian kembali menanyakan nama pembicara yang merupakan Penyuluh Pertanian tadi, dan dijawab dengan Ramlan Ruhunusa.
Gubernur Maluku Utara kemudian beri perintah ke Kadis Pertanian, agar ketika Ramlan Ruhunusa pensiun di Maret nanti, diangkat menjadi staf ahli.
"Pak Kadis, Pak Ramlan habis pensiun diangkat jadi staf ahli Kadis Pertanian," ujar Sherly Laos yang dibalas deru tepuk tangan warga yang hadir.
Menjawab keluhan para petani, Sherly Laos komitmen optimalisasi 3000 hektar lahan, serta memperbaiki penyaluran benih dan bibit.
"Ini 3000 hektar kita fokus untuk optimalisasi dulu akan diaktifkan kembali BBU nya, jadi bibit akan diberesin, irigasi Subaim Rp 19 miliar sudah akan dikerjakan tahun ini,"
"Di rencana kerja saya dan Pak Sarbin 5 tahun kedepan Pemprov Maluku Utara menetapkan Haltim sebagai lumbung padi Maluku Utara,"
"Kemudian terkait dengan limbah tambang akan saya bertemu dengan mereka semua untuk memastikan bahwa bagaimana kita hidup berdampingan,"
"Hulu hilirnya itu tidak mengganggu irigasi primer sekunder yang ada di sawah. Kalau bisa tidak melewati sini entar mereka pikir caranya bagaimana." Ujar Sherly Laos.
“Padi kami makin pendek, Bu… Saluran irigasi tercampur limbah tambang.”
Kalimat itu pelan, tapi dalam. Disampaikan petani saat kami berdiri di tengah sawah Subaim yang menguning.
Kunjungan kali ini bukan cuma soal panen. Kami datang untuk mendengar langsung suara petani dan penyuluh.
Mereka tidak banyak menuntut—tapi kebutuhan dasarnya jelas:
Bibit unggul untuk tanam serentak.
Aktivasi kembali Balai Benih (BBU) di Subaim, agar tak selalu tergantung dari luar.
Penyuluh butuh kendaraan, zona kerja yang jelas, dan penghasilan yang manusiawi.
Dan yang paling krusial: irigasi jangan tercemar limbah tambang. Kalau pertanian dan tambang harus berdampingan, jangan sampai yang satu mati karena yang lain.
Kami bersama Dinas Pertnaian Pemprov Malut datang dengan Solusi :
Bibit unggul akan disiapkan.
Pendampingan akan diperkuat.
Kesejahteraan penyuluh akan diperjuangkan.
Produktivitas padi ditarget naik dari 4 ton ke 8–10 ton/ha.
Dari 3.700 hektare yang aktif, kita maksimalkan.
Sambil kita hidupkan kembali 1.500 hektare lahan tidur di Haltim tahun 2025 ini.
Karena pertanian harus jadi masa depan yang layak dan menjanjikan. Bukan sekadar cerita lama yang ditinggalkan generasi muda.
Menurut kamu, apa langkah paling penting supaya pertanian bisa hidup berdampingan dengan industri tanpa saling ganggu?
Tulis di kolom komentar ya. Dikutip pada Jumat (4/7/2025). (*)