-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Pencari Kerja di Jateng: dari Korban PHK, Terganjal Usia, hingga Guru yang Banting Setir

Jumat, 22 Agustus 2025 | Agustus 22, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-22T06:50:48Z

SEMARANG, – Ratusan bahkan ribuan warga Jateng memadati job fair yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah. Job fair itu digelar pada 21-22 Agustus 2025.

Sejak pukul 09.00 WIB para, pencari kerja berlalu lalang dari satu stan ke stan lain, membawa map berisi berkas lamaran. Terlihat wajah-wajah penuh harapan bercampur dengan kegelisahan.

Bukan sekadar menunggu panggilan, bagi sebagian mereka perjuangan ini adalah kisah panjang penuh penolakan, usia yang tak lagi muda, hingga harus berjuang di tengah ketatnya persaingan.

Tri, Korban PHK yang Terjebak Faktor Usia

Tri Wahyu Hidayat (36) asal Demak sudah tiga bulan terakhir dia mencari kerja setelah ia diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah pabrik furnitur di Sayung.

Imbas berkurangnya orderan, ia dan 17 rekannya terkena PHK tanpa diberi pesangon.

Puluhan lamaran ke berbagai perusahaan, telah dia kirim baik lewat email maupun datang langsung. Namun, belum satu pun panggilan wawancara ia terima.

“Kalau email saja lebih dari 20, mungkin puluhan totalnya. Tapi sampai sekarang belum ada hasil,” tutur Tri ditemui di lokasi job fair, Kamis (21/8/2025).

Tri mengaku, faktor usia membuatnya tersisih. Padahal orang seusianya juga masih butuh perkerjaan. Apalagi dia memiliki keluarga yang perlu dinafkahi. Kini ia harus mengandalkan usaha kecil sang istri yang berjualan sembako di rumah untuk bertahan hidup,

“Rata-rata maksimal usia 30–35 tahun. Kalau sudah 35 ke atas ya susah. Padahal pengalaman kan juga butuh proses,” katanya.

Putri, Fresh Graduate dengan 80 Lamaran

Berbeda dengan Tri, Putri (22) baru saja menapaki dunia kerja. Alumni Administrasi Publik FISIP Universitas Diponegoro ini sudah mengirim lebih dari 80 lamaran kerja sejak lulus pada Mei lalu.

“Hampir semua peluang aku coba. Biasanya kan fresh graduate syaratnya bisa buat all major (semua jurusan), jadi aku kirim ke berbagai perusahaan di seluruh Indonesia,” kata warga Magelang itu.

Meski sudah sempat mengikuti psikotes dan wawancara, rezeki belum berpihak. Namun, dia masih terus mencoba. Dia bahkan bersama-sama mencari kerja dengan kekasihnya yang juga fresh graduate.

Tommy, Eks-Guru yang Beralih Arah

Sementara itu, Tommy (28) memiliki kisah yang berbeda. Lima tahun mengajar di sebuah SMP swasta di Semarang, ia memutuskan resign karena merasa beban kerja tak sebanding dengan kesejahteraan.

“Gajinya lumayan, tapi job desk lebih besar lagi. Bukan tugas satu orang mestinya. Jadi enggak seimbang,” katanya.

Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Unnes itu kini melamar di bidang komunikasi, bidang yang lebih sesuai dengan minatnya. Ia juga melirik peluang kerja ke luar negeri.

Selama sebulan sejak ia berhenti mengajar, Tommy sudah melayangkan sekitar 35 lamaran.

“Jujur hampir hopeless. Tapi tetap saya coba. Semua orang butuh kesempatan untuk mulai lagi,” ungkap Tommy.

Di samping itu, kekecewaannya pada kondisi guru di Indonesia masih membekas. Ia mengaku merasa kecewa dengan pandangan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani yang menyebut gaji guru membebani negara.

“DPR enggak akan bisa jadi seperti sekarang kalau bukan karena guru. Jasa guru seharusnya lebih dihargai,” tegasnya.

Guru SMK Antar 20 Alumni ke Job Fair

Di tengah deretan pencari kerja, tampak rombongan siswa lulusan SMK Negeri 2 Klaten yang datang bersama gurunya. Sebanyak 20 alumni dari jurusan kelistrikan, bangunan, otomotif, sistem informatika, hingga pemesinan ditemani sang guru untuk mendaftar lowongan.

“Ini fasilitas dari sekolah untuk alumni yang belum mendapat pekerjaan. Dari pengalaman, keterserapannya lebih dari 75 persen. Jadi job fair sangat membantu,” ujar Dwi Maulana Kristanto, salah satu guru pembimbing.

Sebagian besar alumni SMK N 2 Klaten disebut sudah bekerja. Rombongan yang dibawa kali ini adalah mereka yang masih mencari peluang kerja.

Dari Tri yang berusia 36 tahun, Putri yang hendak menapaki dunia kerja di usia 22 tahun, Tommy yang sedang mencari arah baru di usia 28, hingga rombongan alumni SMK yang baru lulus, sama-sama merasakan perjuangan mencari pekerjaan yang tak mudah.

Wajah-wajah penuh harapan di tengah riuhnya bursa kerja itu menjadi cermin kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah. Ada yang tersisih karena usia, ada yang terjebak pengalaman kerja yang tidak dihargai, dan ada pula yang baru menapaki jalan penuh persaingan.

Untuk diketahui, bertepatan HUT ke-80 Jateng, Pemerintah Provinsi Jawa Tengan membuka job fair yang menyediakan 6.6540 lowongan kerja dengan 288 posisi jabatan di 43 perusahaan di Jawa Tengah. Job fair ini dibuka secara daring dan luring hingga 22 Agustus 2025.

Kepala Disnakertrans Jateng Ahmad Aziz mengatakan masih terdapat sekitar 950.000 warga Jawa Tengah tercatat menganggur menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada Februari 2025, dengan persentase Angka Pengangguran Terbuka (TPT) 4,33 persen.

"Sudah ada pelamar yang mendaftar secara online sampai 20 Agustus sebanyak 5.131 pencari kerja. 1.837 lolos tahan interview atau wawancara," tutur Aziz di kantornya.

×
Berita Terbaru Update