Pemantauan terkini dari Pos Pengamatan Gunung Api Tangkubanparahu di Desa Cikole menunjukkan terjadi penurunan jumlah gempa vulkanik dangkal dan gempa hembusan dibandingkan dua hari sebelumnya. Hingga pukul 12.00 pada Kamis 5 Juni 2025, tercatat 74 kali gempa low-frequency, dua kali gempa hembusan, dan dua kali gempa vulkanik dangkal.
“Namun demikian, aktivitas gempa low-frequency masih tergolong tinggi dan menjadi indikator penting bagi dinamika internal gunung,” kata Kepala Badan Geologi M. Wafid, Jumat 6 Juni 2025.
Pada 3 Juni 2025, terjadi 270 kali gempa low-frequency, yang kemudian menurun menjadi 202 kejadian pada 4 Juni. Meski ada tren penurunan, angka tersebut tetap mencerminkan adanya pergerakan fluida magmatik di kedalaman, terutama di sekitar Kawah Ratu. Jenis letusan yang biasa terjadi di gunung ini tergolong freatik, letusan yang bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului gejala visual yang mencolok.
Secara visual, tim pengamat lapangan masih mencatat adanya hembusan asap berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dari Kawah Ratu dan Kawah Ecoma. “Ketinggian asap dari Kawah Ratu bervariasi antara 5 hingga 130 meter, sedangkan dari Kawah Ecoma berkisar 5 hingga 10 meter. Aktivitas fumarola, atau keluarnya uap panas dari dalam bumi, tampak dominan di Kawah Ratu dengan tekanan sedang,” katanya.
Pemantauan deformasi permukaan menggunakan peralatan EDM dan GNSS juga mencatat adanya pola inflasi atau penggelembungan di tubuh gunung. “Fenomena ini menandakan akumulasi tekanan di kedalaman dangkal yang patut diwaspadai,” katanya. ***