Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Ketua Komunitas dari Kuta Bali Hidupkan Sungai Mati, Raih Kalpataru

Kamis, 05 Juni 2025 | Juni 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-07T11:36:02Z

, Bali - Di tengah denyut pariwisata yang tak pernah padam di Kuta, Bali , ada kisah sunyi tentang sungai mati yang dihidupkan kembali. I Nyoman Sukra, atau akrab disapa Nyoman Dolphin, merupakan salah satu tokoh penting dalam cerita tersebut. Tahun ini, dia berdiri berdampingan dengan para penerima penghargaan Kalpataru Lestari 2025 .

Komunitas Peduli Sungai Tukad Mati Lestari yang dipimpin Nyoman Dolphin pernah menerima Kalpataru kategori Penyelamatan Lingkungan pada 2019. Penghargaan tersebut berkat upaya restorasi kawasan mangrove dan sungai di Bali yang sempat berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah liar.

Oleh kolompok tersebut, kawasan yang dulu gersang dan terabaikan tersebut telah disulap menjadi ekosistem yang ramah lingkungan dan edukatif. Area yang sama bahkan menjelma menjadi magnet wisata berbasis lingkungan.

Komunitas Nyoman Dolphin menyelamatkan hutan mangrove yang nasibnya tidak jelas. Mereka juga menyelamatkan salah satu sungai besar dan bersejarah di Kuta, yaitu Tukad Mati.

“ Tukad adalah sungai. Jadi sungai mati yang kita hidupkan kembali, yang kita revitalisasi,” ujar Nyoman Dolphin di Hotel Truntum Kuta, Bali, Rabu, 4 Juni 2025.

I Nyoman Sukra alias Nyoman Dolphin, Perwakilan Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Patasari Kab. Badung Bali ketika ditemui di Hotel Truntum Kuta, Bali, Rabu, 4 Juni 2025. Tempo/Defara

Kawasan hasil penyelamatan lingkungan, yang semula hanya mencakup 12 hektare, kini membentang hingga 25 hektare. Revitalisasi ini, kata Nyoman yang berusia 50 tahun, bukan tanpa tantangan. Banyak pihak yang sempat meragukan visi Komunitas Peduli Sungai Tukad Mati Lestari.

Komunitas bersikukuh dan tetap mengejar target semula. Mereka tak ingin Pantai Kuta semakin rusak akibat abrasi. Kini, keberadaan Tukad Mati sangat vital sebagai pintu masuk sejarah pariwisata Bali. Sungai itu merupakan benteng perlawanan terakhir warga Kuta, Legian, Seminyak, hingga Denpasar terhadap banjir.

Agar Tukad Mati Tetap Lestari

Saat ini ada 49 warga lokal Kuta yang dibina Nyoman Dolphin untuk patroli dan pembersihan sungai minimal tiga kali sepekan. Para warga ini bekerja bergiliran dan membentuk tim reaksi cepat saat musim hujan datang.

Nyomen, yang juga mendampingi perhutanan sosial di Bali, mengembangkan urban farming sebagai sarana edukasi masyarakat. Metode yang dimaksud meliputi tabulampot, hidroponik, hingga pembibitan tanaman lokal dan langka, termasuk tanaman obat dan upacara.

Setiap tahun, komunitas ini mengembangbiakkan sekitar 25 ribu tanaman, mulai dari mangrove, buah-buahan, serta tanaman langka. Ada juga Taman Bumi Banten, salah satu lokasi upacara khas di Bali. Semua bibit dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan, serta kelompok bidang lingkungan di Bali.

Nyoman, yang aktif berkampanye dalam forum global, termasuk dalam World Water Forum ke-10, kini membina lebih dari 40 kader penyelamat sungai di daerahnya. Bagi dia, utopia tak sebatas ruang hijau di tengah kota. Butuh upaya besar untuk mewujudkan keadaan ideal.

“Asal ada tekad, gotong royong, dan cinta pada lingkungan,” tutur Nyoman.

×
Berita Terbaru Update