Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pengalaman Masa Kecil Bentuk Kebiasaan Oversharing Saat Pertama Bertemu Orang

Sabtu, 05 Juli 2025 | Juli 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-07T01:20:11Z

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang langsung bercerita banyak hal pribadi dalam beberapa menit pertama perkenalan?

Kebiasaan ini, yang dikenal sebagai oversharing , sering kali menarik perhatian banyak orang. Perilaku ini bukan tanpa sebab, melainkan punya akar yang dalam dari masa lalu seseorang.

Melansir dari Geediting.com Jumat (4/7), ada korelasi menarik antara oversharing dan pengalaman masa kecil.

Tujuh pengalaman umum di masa kecil sering berkontribusi pada kebiasaan ini saat dewasa. Memahami latar belakang ini penting untuk melihat mereka dengan empati.

1. Tiadanya Batasan Sejak Dini

Orang yang terbiasa oversharing mungkin tumbuh tanpa batasan jelas pada masa kanak-kanak. Mereka kemungkinan terekspos percakapan orang dewasa terlalu dini. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman yang menyimpang tentang privasi.

Mereka tidak belajar apa yang seharusnya bersifat pribadi. Akibatnya, mereka cenderung berbagi terlalu banyak informasi dengan orang lain.

2. Lingkungan Penuh Validasi

Satu di antara pemicu oversharing adalah lingkungan masa kecil yang sangat memvalidasi. Individu mungkin belajar mencari pengakuan dengan berbagi detail intim. Ini mencerminkan perilaku orang tua atau pengasuh mereka.

Mereka merasa dihargai saat mengungkapkan segala sesuatu. Karena itu, mereka terus mengulang pola ini dalam interaksi sosial.

3. Gaya Keterikatan Tidak Aman

Gaya keterikatan yang tidak aman, akibat perawatan tidak konsisten, juga berperan besar. Ini menyebabkan oversharing sebagai upaya menjalin koneksi cepat. Tujuannya adalah menghindari penolakan yang mereka rasakan.

Mereka ingin segera merasa terhubung dengan orang lain. Perilaku ini muncul dari rasa cemas akan ditinggalkan sendirian.

4. Bertahan dengan Paling Berisik

Di rumah tangga yang kompetitif, oversharing bisa jadi teknik bertahan hidup untuk menarik perhatian. Anak-anak mungkin merasa perlu berbicara paling banyak. Tujuannya agar suara mereka didengar dan diperhatikan.

Kebiasaan ini terbawa hingga dewasa, menjadikan mereka cenderung terlalu terbuka. Mereka ingin memastikan kehadiran mereka selalu diperhitungkan.

5. Kebutuhan Akan Keaslian

Keinginan kuat untuk keaslian juga dapat mendorong oversharing yang ekstrem. Individu percaya bahwa berbagi segala sesuatu adalah cara tercepat membentuk koneksi otentik. Mereka ingin orang lain melihat diri mereka yang sebenarnya.

Mereka berpandangan bahwa keterbukaan penuh adalah kunci kepercayaan. Ini adalah upaya untuk menciptakan hubungan yang tulus dan mendalam.

6. Peran Pengasuh di Masa Kecil

Jika seorang anak memegang peran sebagai sistem pendukung emosional, batasan bisa kabur. Anak tersebut mungkin kesulitan membedakan informasi pribadi dan non-pribadi. Ini sering mengarah pada oversharing saat dewasa.

Mereka terbiasa menanggung beban emosional orang lain. Oleh karena itu, mereka cenderung mengungkapkan perasaan mereka sendiri secara berlebihan.

7. Keinginan Mendalam untuk Terhubung

Pada intinya, oversharing sering kali didasari oleh keinginan kuat untuk terhubung dengan orang lain. Individu menggunakannya sebagai cara membangun jembatan emosional. Ini menciptakan pemahaman bersama yang mendalam.

Mereka ingin menciptakan ikatan yang kuat secepat mungkin. Kebiasaan ini adalah ekspresi dari kerinduan mereka akan kebersamaan.

Memahami orang yang cenderung oversharing memerlukan empati daripada penilaian cepat. Perilaku mereka sering kali berakar dalam pengalaman masa lalu yang unik. Ini adalah cara mereka mencoba menavigasi dunia sosial.

Dengan memahami latar belakang ini, kita bisa menumbuhkan koneksi yang lebih bermakna. Refleksi dan empati akan sangat membantu kita. Mari kita berupaya membangun jembatan pemahaman.

×
Berita Terbaru Update