Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Terlanjur Pede Selalu Ranking 1 di Sekolah,Calon Siswa SMP Kecewa Malah Gagal PPDB Gara-gara Umur

Sabtu, 05 Juli 2025 | Juli 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-06T23:35:12Z

- Nasib kurang mujur dialami seorang siswa SD yang akan mendaftar SMP di Banyumas.

Terlanjur percaya diri karena selalu ranking 1 di sekolahnya, ia malah kecewa gara-gara gagal Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB).

Alasannya pun sepele, yakni belum cukup umur.

Ia sekarang berumur 12 tahun 6 bulan, peringkatnya terus tergeser oleh peserta lain yang berumur 13 tahun.

Diketahui, Salah satu aduan yang disampaikan pada Rabu (25/6/2025) mengungkapkan bahwa seorang siswa peringkat satu di sekolah dasar justru gagal masuk ke SMP Negeri pilihan.

Penyebabnya adalah karena usia sang anak, yakni 12 tahun 6 bulan, kalah bersaing dengan calon siswa lain yang berusia lebih tua, sekitar 13 tahun.

"Anak ranking 1 di sekolah, arep daftar SMP susah. Hanya karena umurnya 12 tahun 6 bulan, kalah karo umur 13 tahun," tulis orangtua dalam laporan yang disampaikan ke pihak terkait.

Kekecewaan semakin memuncak ketika orangtua siswa merasa bahwa prestasi akademik tidak mendapatkan nilai lebih dalam proses seleksi.

Mereka mempertanyakan apakah sistem pendidikan benar-benar mengedepankan kualitas dan kemampuan siswa.

"Sekolah itu mencari kepintaran atau bagaimana? Tolong solusinya," ungkapnya, mengkritisi sistem yang lebih mengutamakan usia daripada prestasi.

Masalah ini diperparah dengan lokasi domisili sang anak yang berada di kawasan kelurahan sebaran, bukan kelurahan utama, yang menyebabkan persaingan menjadi lebih sulit.

Menanggapi aduan tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas memberikan klarifikasi.

Dalam keterangannya, dinas menjelaskan bahwa PPDB tahun ini dilaksanakan melalui empat jalur pendaftaran, yaitu:

Jalur zonasi (domisili)

Jalur afirmasi

Jalur prestasi

Jalur perpindahan orang tua/wali (mutasi)

Pihak dinas tidak secara langsung menanggapi polemik terkait kriteria usia, namun menekankan bahwa semua informasi mengenai mekanisme seleksi tiap jalur telah dijabarkan secara rinci dalam petunjuk teknis (juknis) PPDB yang sudah disosialisasikan.

Curhat Orangtua yang Anaknya Tergeser dari Jalur Domisili SPMB

Sejumlah orang tua di Surabaya mengaku bingung dan khawatir setelah anak-anak mereka tergeser dari Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang SMP Negeri Kota Surabaya melalui jalur domisili.

Mereka mengeluhkan keterbatasan informasi dari sekolah asal tentang proses SPMB dan mahalnya biaya masuk sekolah swasta.

Nurul (38), warga Gading, mengalami hal ini saat mendaftarkan anaknya ke SMPN 9 dan SMPN 18. Rumahnya berjarak sekitar 1.200 meter dari SMPN 9 dan 1.600 meter dari SMPN 18.

“Tadi malam daftar, tapi lima menit sudah kegeser. Bingung harus bagaimana karena tidak ada penambahan pagu. Sekolah asal juga tidak mengarahkan baiknya ke SMP mana,” ujarnya ketika ditemui di posko Konsultasi SPMB jenjang SMP Negeri di Dispendik Kota Surabaya, Jumat (4/7/2025).

Nurul menuturkan, keluarganya tidak tergolong miskin secara administratif, sehingga tidak berhak mendapat bantuan pendidikan untuk keluarga miskin.

Sementara untuk menyekolahkan anaknya di sekolah swasta, ia merasa terbebani secara finansial.

“Kalau swasta, takut biaya SPP-nya besar. Padahal kami juga serba pas-pasan,” lanjutnya.

Keluhan serupa disampaikan Dwi Rahmawati, orang tua murid lulusan SDN Gading 3.

Anak perempuannya juga tidak lolos jalur domisili karena jarak rumah sekitar 1.600 meter dari SMP negeri terdekat.

“SMP swasta di dekat rumah mematok uang pendaftaran Rp2 juta, seragam Rp2 juta, dan SPP Rp300 ribu per bulan. Jujur berat,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Ahmad Syahroni, membenarkan bahwa posko konsultasi SPMB masih ramai dikunjungi, terutama di hari pertama pembukaan jalur domisili.

“Kebanyakan orang tua masih belum paham alur pendaftaran atau cara mengecek peringkat anaknya di sistem. Entah karena tidak mengikuti proses dari awal, atau memang kurang informasi,” jelas Syahroni.

Ia menyebutkan, Dispendik telah menyediakan berbagai jalur untuk masuk sekolah negeri sebelum membuka tahao terakhir yaitu jalur Domisili.

Selain itu, masih ada sekolah swasta yang bekerja sama dengan Pemkot Surabaya untuk memberikan bantuan biaya pendidikan bagi siswa dari keluarga tidak mampu.

“Kami juga masih menunggu proses daftar ulang jalur domisili. Jika ada yang tidak mendaftar ulang, maka sistem akan otomatis memberi kesempatan pada pendaftar di peringkat terbawah yang sempat tergeser,” pungkasnya.

>>>Update berita terkini di Googlenews

×
Berita Terbaru Update